Arena pacuan kuda Nyi Ageng Serang berlokasi di Ngasinan, Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Sragen hanya berjarak 1,5 kilometer dari tepian waduk Kedung Ombo. Pacuan kuda dengan panjang lintasan 600 meter didesign sebagai miniatur dari lapangan pacuan kuda Pulo Mas Jakarta. Pada bulan Desember 2006 dan 2008 silam di lokasi tersebut dilangsungkan kejuaraan pacuan kuda tingkat nasional memperebutkan piala Gubernur Jawa Tengah.
Kini kondisinya kurang terawat karena tidak ada event lagi dan biaya perawatannya juga mahal.
Minggu, 14 Juli 2013
Kamis, 21 Februari 2013
ALUN - ALUN KOTA SRAGEN
Alun - alun Kabupaten Sragen terletak di jantung Kota Sragen. Tepatnya berada di depan kantor Pemerintah Kabupaten Sragen.
Sabtu, 02 Februari 2013
WADUK KEDUNG OMBO
Waduk
Kedung Ombo merupakan waduk atau bendungan raksasa yang terletak di tiga
kabupaten yaitu Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Grobogan.
Waduk ini merupakan bendungan besar yang di bangun oleh pemerintah pada tahun
1980 dan selesai serta diresmikan oleh Preside Soeharto pada tahun 1991.
Waduk
Kedung Ombo merupakan peristiwa penolakan penggusuran dan pemindahan lokasi
pemukiman oleh warga karena tanahnya akan dijadikan waduuk. Penolakan warga ini
diakibatkan kecilnya jumlah ganti rugi yang diberikan oleh pemerintah. Banyak
warga masyarakat yang merasa sangat dirugikan karena rumah dan desa yang mereka
huni harus ditenggelamkan untuk dijadikan daerah genangan air Waduk Kedung
Ombo. Bagi mereka, Waduk Kedung Ombo merupakan cermin ketidakadilan pada masa
pemerintahan Orde Baru, yang antara lain berhubungan dengan ganti rugi tanah
dan pelanggaran hak asasi manusia.
Kawasan
Waduk Kedung Ombo mempunyai area seluas kurang lebih 6.576 Ha yang terdiri dari
lahan perairan seluas 2.830 Ha dan lahan dataran seluas 3.746 Ha. Sekarang,
Pemanfaatan WKO baru sebatas untuk irigasi, PLTA, perikanan, dan yang sekarang
sedang dikembangkan adalah pengembangan potensi WKO di bidang pariwisata.
Keberadaan WKO tidak hanya memberikan manfaat bagi tiga kabupaten yang menjadi
daerah genangannya, namun juga bagi daerah-daerah lain. Sebagai contoh,
daerah-daerah yang mendapatkan pelayanan irigasi dari WKO antara lain Demak,
Kudus, dan Pati. Bahkan air WKO juga melayani sebagian kebutuhan air minum di
Kota Semarang.
Di kawasan Waduk Kedung Ombo, tepatnya di
desa Ngargotirto, telah dibangun arena pacuan kuda dengan lintasan sepanjang
600 meter. Arena pacuan kuda yang diberi nama ‘Nyi Ageng Serang’ itu merupakan
miniatur dari lapangan pacuan kuda Pulo Mas Jakarta. Pada bulan Desember 2006
silam di lokasi tersebut dilangsungkan kejuaraan pacuan kuda tingkat nasional
memperebutkan piala Gubernur Jawa Tengah.
Potensi pengembangan obyek wisata adalah
memperbanyak homestay yang menyatu dengan rumah penduduk, sehingga para
wisatawan dapat tinggal lebih lama di kawasan Waduk Kedung Ombo. Adanya
homestay membuat wisatawan dapat melihat dari dekat kehidupan sehari-hari
masyarakat, dan bahkan menjalani kehidupan seperti penduduk lokal, selang
beberapa waktu.
Sumber :
·
Wikipedia
·
http:waduk-kedung-ombo-sragen.html
Kamis, 31 Januari 2013
MASJID KAUMAN SRAGEN
Memang
benar adanya bahwa pendiri Masjid Kauman Sragen berkaitan dengan Keraton
Kasunanan Surakarta. "Masjid Kauman didirikan oleh ulama dari Bojonegoro,
Kiai Zainal Mustofa, yang ditugaskan oleh Keraton Kasunanan Surakarta untuk
penyiaran agama Islam di daerah yang dulu disebut sebagai Bumi Sukowati,"
kata Ketua Takmir Masjid Kauman Sragen, Arkanuddin Masruri.
Menurut dari
sumber Masjid Kauman Sragen adalah sebagai penanda batas kekuasaan Kasunanan
Surakarta. Tampak dari luar, tak jauh berbeda dengan masjid-masjid kebanyakan
di Sragen yang berasitektur khas Jawa dengan bentuk bujur sangkar dan atap
bersusun dengan bahan material baru. Akan tetapi, bila kita masuk ke dalamnya,
kita akan melihat sejumlah bagian bangunan yang menunjukkan sudah berumur tua,
seperti empat buah pilar berbahan kayu jati yang dipertahankan sejak berdirinya
masjid tersebut pada 1840. Bahkan, ukiran-ukiran yang ada pada pilar masjid
tersebut masih terlihat jelas dan berkesan menyimbolkan eksistensi Masjid
Kauman hingga saat ini.
Selain empat
pilar masjid berbahan kayu jati tersebut, ujar Arkanuddin, mimbar khotbah yang
saat ini digunakan juga menjadi peninggalan sejak awal berdirinya masjid
tersebut.Tak hanya pada bagian utama masjid, gapura Masjid Kauman yang berada
di bagian depan bangunan utama juga saat ini berdiri kokoh menyambut kedatangan
umat Islam yang akan beribadah sejak dulu hingga sekarang.
Salah satu
titik lainnya di bagian kawasan masjid tersebut yang menjadi bagian dari
sejarah tempat itu adalah sejumlah makam pendiri dan pemelihara Masjid Kauman. Keberadaan
makam para pendiri dan pemelihara masjid tersebut, menurut Arkanuddin,
merupakan wujud kesetiaan para pelaku sejarah masjid tersebut kepada agama
Islam dan Keraton Kasunanan Surakarta meskipun tugas mereka sudah berakhir
karena takdir maut.
Meskipun para
pendiri dan pemeliharanya telah meninggal dan mengakhiri tugas, Masjid Kauman
Sragen akan terus menunjukkan eksistensinya dan kesetiannya sebagai tempat
penyiaran agama Islam di Sragen dan kawasan di sekitarnya.
Sebagai salah
satu pusat dari pengembangan agama Islam di kabupaten Sragen, Masjid Kauman
Sragen terus menunjukkan eksistensinya dalam hal tersebut sekitar tahun 1840
sampai sekarang.
Sumber : Kompas.com
Rabu, 30 Januari 2013
OBYEK WISATA BAYANAN
Obyek Wisata Bayanan merupakan salah satu fenomena alam yang terjadi di daerah Sambi, Bayanan, Kabupaten Sragen. Di Obyek Wisata Bayanan terdapat sumber mata air panas yang sangat di minati oleh masyarakat sekitar, bahkan keunggulan dari mata air panas ini sudah terdengar sampai luar kota Sragen. Dalam hal ini Obyek Wisata Bayanan mempunyai keunggulan dalam bidang wisata kesehatan dengan daya tarik wisata alam.
Konon, menurut cerita yang
berkembang di kalangan masyarakat, sumber mata air panas yang berada di bayanan
memiliki khasiat dalam menyembuhkan penyakit seperti : rematik, gatal-gatal,
pegal,dan penyakit lainnya. Bahkan banyak sebagian masyarakat berpendapat bahwa
sumber mata air panas ini dapat merefleksi tubuh agar terlihat segar,
menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh, meningkatkan kebugaran, meningkatkan
vitalitas tubuh, menghilangkan kecapekan . Sehingga banyak masyarakat yang
berbondong-bondong berdatangan untuk membuktikan khasiat dari sumber mata air
panas tersebut. Orang terdahulu menyebut mata air panas ini dengan sebutan
”Hyang Tirto Nirmolo” atau air untuk pengobatan.
Penelitian yang dilakukan oleh
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta
menemukan bahwa panas air Bayanan berasal dari suhu yang dihasilkan magma cair.
Panas dari magma menyentuh dasar sumber air tanah di kedalaman tertentu. Suhu
air yang menjadi panas tetap terbawa hingga memancar di permukaan dan menjadi
sumber air panas. Menurut pengukuran yang dilakukan, suhu air tepat di titik
sumber mencapai 44 derajat Celcius. Setelah dialirkan dalam bak mandi, suhu air
menjadi 36o C, sesuai dengan panas badan manusia. Inilah yang menyebabkan air
panas Bayanan terasa enak dan nyaman untuk mandi.
Hasil penelitian tersebut juga
menunjukkan adanya banyak unsur/senyawa kimia yang terkandung dalam sumber air
panas Bayanan. Kandungan senyawa tersebut bisa dilihat dalam hasil analisa
Laboratorium Kimia yang dilakukan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi
Kegunungapian Yogyakarta.
Penelitian juga mencatat adanya
keunikan yang ada di sumber air panas Bayanan. Air panas yang memancar keluar
letaknya dua meter di atas sebuah sungai, yang letaknya hanya bersebelahan. Air
panas tersebut tidak merembes ke aliran sungai. Selain itu, bila mandi di waktu
pagi, sore, dan malam hari, suhu air bertambah panas sehingga keringat banyak
keluar. Namun, bila mandi di siang hari, suhu air menurun sehingga keringat
tidak banyak keluar.
Selain keunggulan wisata
kesehatan, Obyek Wisata Bayanan juga mempunyai daya tarik alam yang sangat
indah. Suasana pedesaan yang jauh dari area perkotaan merupakan salah satu daya
terik bagi masyarakat perkotaan. Para
wisatawan dapat melakukan kegiatan seperti outbond, traking sepeda motor yang
telah disediakan di dalam Obyek Wisata Bayanan ini. Tidak hanya itu Obyek
Wisata Bayanan juga menyediakan area untuk camping yang berada di hutan karet
di sekitar Obyek Wisata Bayanan.
REFERNSI
Obyek Wisata Pemandian Air Panas
Bayanan « Pesona Wisata Sragen.htm
Komunitas Sragen
MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN
Museum
Purbakala Sangiran terletak di Desa Krikilan Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen kurang lebih 3 Kilometer dari Jalan Solo – Purwodadi. Museum ini
dibangun pada tahun 1980 yang menempati areal seluas 16.675 meter persegi.
Bangunan tersebut bergaya Joglo yang terdiri atas:
1. Ruang
Pameran yaitu ruang utama tempat koleksi terdisplay.
2. Ruang
Laboraturium yaitu tempat dilakukannya proses konservasi terhadap fosil-fosil
yang ditemukan.
3. Ruang
Pertemuan yaitu ruang yang digunakan segala kegiatan yang diadakan di museum.
4. Ruang
display bawah tanah.
5. Ruang
audio visual
6. Ruang Penyimpanan koleksi fosil-fosil
7. Mushola
dan Toilet.
Kehadiran
Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena situs
ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di dunia. Luasnya
mencapai 56 kilometer persegi yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen,
yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe dan Plupuh serta satu kecamatan di
Kabupaten Karanganyar, yaitu Gondangrejo.
Sangiran
merupakan situs terpenting untuk ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di
bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi dan tentu
saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat
dalam mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi
dengan koleksi fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia prasejarah,
fosil-fosil flora fauna prasejarah beserta gambaran stratigrafinya.
Sangiran
dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang bermuara di
Bengawan Solo. Daerah iniliah yang mengalami erosi tanah sehingga lapisan tanah
yang terbentuk nampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu dengan
lapisan tanah yang lain. Dalam lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga sekarang
banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba.
Sampai saat
ini, Situs Manusia Purbakala Sangiran masih menyimpan banyak misteri yang perlu
untuk diungkap. Sebanyak 50 individu fosil manusia Homo Erectus yang ditemukan.
Jumlah ini mewakili 65% dari fosil Homo Erectus yang ditemukan di seluruh
Indonesia atau sekitar 50% dari populasi Homo Erectus di dunia (Widianto :
1995, 1). Keseluruhan fosil yang ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak
13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan
10.875 fosil lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan. Beberapa fosil
manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboraturium
Paleoanthropologi Yogyakarta. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran
merupakan situs prasejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam
memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling
lengkap di Asia bahkan di dunia. Berdasarkan hasil tersebut, Situs Sangiran
ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat
Peringatan ke-20 tahun di Marida, Meksiko.
Di kawasan
Museum Purbakala Sangiran telah dilengkapi sarana dan prasarana kepariwisataan
seperti Menara Pandang, Homestay, Audio Visual, Guide, Taman Bermain, Souvenir
Shop dan Fasilitas Mini Car yang dapat digunakan pada wisatawan untuk
berkeliling di Situs Sangiran. Museum Purbakala Sangiran dapat dijangkau dengan
menggunakan kendaraan pribadi, bus pariwisata maupun angkutan umum.
REFERENSI
MUSEUM PURBAKALA SANGIRAN « Pesona Wisata
Sragen.htm
Kamis, 17 Januari 2013
KABUPATEN SRAGEN
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dipopulerkan oleh Susilo Adi Prasetyo
A.Kabupaten Sragen
Sragen adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya terletak di Sragen, sekitar 30 km sebelah timur Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di utara, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Karanganyar di selatan, serta Kabupaten Boyolali di barat.
Kabupaten ini dikenal dengan sebutan "Bumi Sukowati"[2], nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan (Kasunanan) Surakarta. Nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan berada di Sragen.
Kawasan Sangiran merupakan tempat ditemukannya fosil manusia purba dan binatang purba, yang sebagian disimpan di Museum Fosil Sangiran.
B.Sejarah
Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor : 4 Tahun 1987, yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu tersebut adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur.Kronologi dan Prosesi
Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan Belanda. Dalam sejarah peperangan tersebut, disebut dengan Perang Mangkubumen ( 1746 - 1757 ). Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda dengan pasukannya dari Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati.
Di Desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan Beliau meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat Pemerintahan.
Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni Surakarta – Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, maka kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak disebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko.
Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas daerah kekuasaannya meliputi Desa Krikilan, Pakis, Jati, Prampalan, Mojoroto, Celep, Jurangjero, Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng, Lajersari dan beberapa desa Lain.
Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar Pangeran Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni Belanda bahu membahu dengan saudaranya Raden Mas Said, yang berakhir dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari, yaitu kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, dimana Pangeran Sukowati menjadi Sultan Hamengku Buwono ke-1 dan perjanjian Salatiga tahun 1757, dimana Raden Mas Said ditetapkan menjadi Adipati Mangkunegara I dengan mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta.
Selanjutnya sejak tanggal 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan Paku Buwono VII yaitu serat Angger – angger Gunung, daerah yang lokasinya strategis ditunjuk menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Lalu Lintas Barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah satunya adalah Pos Tundan Sragen.
Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5 juni 1847 oleh Sunan Paku Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta baron de Geer ditambah kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan karenanya disebut Kabupaten Gunung Pulisi Sragen. Kemudian berdasarkan Staatsblaad No 32 Tahun 1854, maka disetiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk Pengadilan Kabupaten, dimana Bupati Pulisi menjadi Ketua dan dibantu oleh Kliwon, Panewu, Rangga dan Kaum.
Sejak tahun 1869, daerah Kabupaten Pulisi Sragen memiliki 4 ( empat ) Distrik, yaitu Distrik Sragen, Distrik Grompol, Distrik Sambungmacan dan Distrik Majenang.
Selanjutnya sejak Sunan Paku Buwono VIII dan seterusnya diadakan reformasi terus menerus dibidang Pemerintahan, dimana pada akhirnya Kabupaten Gunung Pulisi Sragen disempurnakan menjadi Kabupaten Pangreh Praja. Perubahan ini ditetapkan pada zaman Pemerintahan Paku Buwono X, Rijkblaad No. 23 Tahun 1918, dimana Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah Otonom yang melaksanakan kekuasaan hukum dan Pemerintahan.
Dan Akhirnya memasuki Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia , Kabupaten Pangreh Praja Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen.
C.Geografi
Sragen berada di lembah daerah aliran Sungai Bengawan Solo yang mengalir ke arah timur. Sebelah utara berupa perbukitan, bagian dari sistem Pegunungan Kendeng. Sedangkan di selatan berupa pegunungan, lereng dari Gunung Lawu.D.Transportasi
Sragen terletak di jalur utama Solo-Surabaya. Kabupaten ini merupakan gerbang utama sebelah timur Provinsi Jawa Tengah, yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Sragen dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Yogyakarta-Jakarta) dengan stasiun terbesarnya Sragen, serta lintas Gundih-Solo Balapan dengan stasiun terbesarnya Gemolong.E.Pembagian administratif
Kabupaten Sragen terdiri atas 20 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 208 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Sragen.Kabupaten Sragen dipetakan menjadi 2 wilayah: Utara Bengawan Solo dan Selatan Bengawan Solo
Utara : 11 Kec. 116 Desa dan 4 Kelurahan Potensi : pertanian, pariwisata, industri dan perdagangan.
Selatan : 9 Kec. 80 Desa dan 8 Kelurahan, Tanah relatif lebih Subur Potensi : pertanian sawah, perdagangan, industri, pariwisata.
Luas Wilayah : 94.155 Ha Luas Sawah : 40.129 Ha Tanah Kering : 54.026 Ha
F.Tokoh-Tokoh dari Sragen
1. Pangeran Sukowati
Langganan:
Postingan (Atom)